Hormatilah Ulama, Karena Ulama Adalah Pewaris Para Nabi

Oleh : Andhika Haryawan

Ada yang mengatakan bahwa ulama adalah manusia biasa yang bisa benar dan bisa juga salah. Kemudian atas dasar perkataan ini sebagian orang meremehkan pendapat ulama, bahkan memprovokasi orang lain supaya tidak percaya terhadap ulama. Memang benar ulama adalah manusia biasa yang bisa benar dan bisa juga salah, meskipun demikian kita tetap diperintahkan oleh Rasulullah Saw. untuk mengikuti ulama, karena ulama adalah pewaris ilmu para nabi.

Seringkali permasalah yang ada begitu rumit, sehingga solusi atas satu permasalahan pun kadang sangat beragam. Orang-orang yang memiliki kemampuan menguraikan masalah dan memberikan saran atas pemecahan masalah tersebut adalah mereka yang memiliki ilmu. Jika masalah tersebut adalah permasalahan agama maka yang berwenang memberikan pendapat adalah orang yang memiliki ilmu agama (ulama).
 
Pada zaman dahulu apabila para Sahabat Rasulullah Saw. melakukan kesalahan, atau berpendapat tidak benar maka langsung dikoreksi oleh Rasulullah Saw., karena pada saat itu masih ada Rasulullah yang memiliki kewenangan untuk menentukan benar atau salah. Sedangkan pada zaman sekarang, Rasulullah sudah tidak ada ditengah-tengah kita, lantas siapa yang dapat menetapkan sesuatu itu benar atau salah?
 
Sebelum Rasulullah meninggalkan kita, beliau telah meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah kepada kita. Beliau meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah dengan cara mengajarkannya kepada para sahabat, kemudian para sahabat mengajarkannya kepada para tabi’in, tabi’in mengajarkankannya kepada penerus-penerus mereka, penerus-penerus tabi’in ini mengajarkannya kepada ulama terdahulu, ulama terdahulu mengajarkannya kepada murid-murid mereka, murid-murid mereka mengajarkannya hingga sampai kepada ulama di masa kita sekarang.
 
Uraian diatas menegaskan kepada kita bahwa memang benar para ulama adalah pewaris ilmu para nabi, karena ilmu yang mereka peroleh jika ditelusuri dari mana sumbernya, maka ilmu itu bersumber dari Rasulullah. Para ulama telah mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah secara turun-temurun dari guru-guru mereka hingga sampai kepada Rasulullah Saw. Uraian diatas juga menjelaskan kepada kita bahwa kita tidak dapat memahami Al-Qur’an dan Sunnah dengan benar kecuali kita belajar melalui ulama. Kita belajar Al-Qur’an dan Sunnah melalui perantara ulama.
 
Karena luasnya ilmu pengetahuan, maka wajar apabila setiap ulama memiliki pendapat yang berbeda terhadap satu permasalahan yang sama. Jangankan ulama, sahabat Rasulullah saja sering berbeda pendapat. Bedanya pada zaman sahabat ada Rasulullah yang menengahi perbedaan pendapat diantara mereka. Sedangkan di zaman kita sekarang, belum ada sosok yang dapat menengahi setiap perbedaan pendapat yang ada. Lucunya, justru orang-orang yang tidak berilmu yang menghukumi pendapat ulama, apakah itu benar atau salah.
 
Jika kita kembali membaca paragraf pertama tulisan ini, kita melihat bahwa ada orang yang merasa dirinya paling tahu, sehingga ia meremehkan pendapat ulama. Apabila ia meremehkan pendapat ulama, maka sesungguhnya pendapatnya-lah yang lebih pantas untuk diremehkan. Apabila ia mengajak orang lain untuk tidak percaya terhadap ulama, maka sesungguhnya ajakannya-lah yang lebih pantas untuk tidak dipercaya.
 
Dengan demikian, penulis berpendapat hendaknya kita senantiasa menghormati ulama. Hormatilah ulama, meskipun mereka berbeda pandangan dalam cabang-cabang agama, karena sesungguhnya mereka bersepakat dalam pokok-pokok agama. Hormatilah ulama, meskipun mereka berbeda pandangan dalam metodologi dakwah, karena sesungguhnya mereka bersepakat dalam tujuan dakwah. Hormatilah ulama, meskipun mereka berbeda pilihan dalam pemilu, karena sesungguhnya mereka bersepakat untuk memberikan yang terbaik untuk Indonesia. [AH]

Leave a Reply

Your email address will not be published.