Ditulis oleh : Andhika Haryawan
sumber gambar : www.firstthings.com
Betapa tak berdayanya manusia setiap kali mereka teringat akan kematian? Apakah mereka mengira bahwa mereka akan hidup di dunia selamanya? Bukankah hari yang telah ditetapkan akan datang, hari dimana mereka akan meninggalkan dunia ini, sebagaimana orang-orang terdahulu meninggalkan dunia ini. Bukankah semenjak dahulu telah hidup jutaan manusia? Mereka hidup sebagaimana kita hidup, mereka pun menjalani rutinitas harian sebagaimana kita melakukan itu, mereka mengalami kesulitan sebagaimana kita juga mengalaminya, mereka pun bahagia sebagaimana kita pun bahagia,kemudian mereka pergi, meninggalkan dunia ini, sesungguhnya kita pun akan pergi sebagaimana mereka telah pergi, kemudian datanglah generasi baru setelah mereka, pun demikian generasi baru akan datang setelah kita.
Mereka yang telah pergi meninggalkan kisah tersendiri, hari ini kita menyebut kisah itu sebagai “masa lalu”. Pun demikian masa kini, orang setelah kita akan menyebut masa kita ini kelak dengan sebutan “masa lalu”, sebagaimana kita menyebut kisah-kisah orang terdahulu dengan istilah tersebut. Di dalam kisah-kisah masa lalu sebagian manusia akan ada yang diingat hingga hari ini dan ada sebagian yang lain yang akan dilupakan. Bukankah hari ini kita hanya mengingat sebagian saja dari mereka, dan melupakan sebagian yang lainnya. Dari kisah masa lalu kita mengenal nama Nabi Ibrahim a.s. dan selainnya yang diceritakan dalam sejarah, sementara sebagian yang lain kita tidak mengenalnya. Dari kisah masa lalu kita juga mengenal Soekarno, Muhammad Hatta, dan selainnya yang diceritakan dalam sejarah, dan lagi-lagi sebagaian yang lain kita tidak mengenalnya.
Demikianlah masa lalu, pun demikian dengan masa kini. Sebagian dari kita di masa kini akan dikenal oleh generasi yang akan datang, dan sebagian yang lainnya akan dilupakan. Dikenal atau tidak dikenal itu tidak perlu dirisaukan. Diingat atau dilupakan pun tidak mengapa bukan? Karena kisah masa lalu dan sejarah akan tertulis sebagaimana seharusnya ia akan tertulis, sudah ada yang mengatur. Apabila kita termasuk kedalam sebagian orang yang diingat, mudah-mudahan kita termasuk yang diingat karena kebaikannya, bukankah saat ini tidak semua yang kita ingat dari masa lalu adalah orang-orang baik semua, bukankah kita juga mengenal Raja Namrud yang memusuhi Nabi Ibrahim? Dan apabila kita termasuk orang yang dilupakan, itu pun tidak mengapa, bukankah banyak juga orang-orang baik dari masa lalu yang tidak kita ingat dan tidak kita kenal namanya, akan tetapi buah dari kebaikan mereka masih bisa kita rasakan hingga hari ini.
Dikenal ataupun tidak dikenal, diingat ataupun dilupakan, itu bukanlah masalah besar, yang terpenting ialah hendaknya kita senantiasa menebarkan kebaikan. Kebaikan yang buahnya bisa dinikmati oleh diri kita sendiri dan orang lain. Benar, kebaikan yang bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain. Kenapa demikian? Karena diri kita berhak mendapatkan buah dari kebaikan yang kita lakukan, sebagaimana orang lain juga berhak mendapatkan buah dari kebaikan itu. Kita akan mendapatkan buah dari setiap kebaikan yang kita lakukan melalui niat kita, apabila niat kita ikhlas dalam melakukan kebaikan karena mengharap pahala dari Allah Swt. semata, maka kita telah mendapatkan hak kita tersebut, bukakankah Allah Swt. sebaik-baik pemberi balasan? Sebaliknya, apabila kita tidak ikhlas dalam melakukan kebaikan, maka kita tidak akan mendapatkan apapun.
Mengapa menebarkan kebaikan itu penting? Dan mengapa keikhlasan dalam berbuat baik juga penting? Karena sesungguhnya inilah salah satu bentuk harapan kita atas ketidakberdayaan kita. Ketika waktunya tiba, kita tidak dapat menundanya. Ketika waktunya telah tiba, kita tidak bisa mengulanginya. Dengan demikian, harapan kita ialah kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan, kebaikan-kebaikan yang ikhlas karena Allah Swt. yang dapat kita gunakan untuk memohon rahmat dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Apakah manusia mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan? Sesungguhnya kematian bukanlah akhir dari perjalanan, masih ada kehidupan akhirat yang datang kemudian, disanalah manusia akan hidup kekal, dan mendapat balasan atas apa yang telah dilakukan, perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan. Kehidupan dunia adalah waktu untuk mengumpulkan bekal, bagi manusia di setiap zaman. [ ]